Membaca postingan kang Didik di wall Javan Tiger
Center on facebook tentang acara Jejak Misterius Trans7 episode ‘kucing besar
yang gemulai dari Gunung Slamet’, tiba-tiba ada yang menggelitik dibenak saya.
Bunyi suratnya seperti ini :
Javan Tiger Center
Surat Terbuka Kepada tv Trans7 (Jejak Misterius: tayang
Senin jam 23:05 WIB).
Kami dari Javan Tiger Center dan Peduli Karnivor Jawa, menerima informasi dari teman-sahabat-taulan-rekan perihal telah terdokumentasikannya harimau jawa (Panthera tigris sondaica) di Gunung Slamet Jawa Tengah. (berhubung saya tidak melihat langsung acara yang ditayangkan tersebut); maka saya menyarankan kepada Pihak TV7 supaya menyerahkan bukti temuan tersebut kepada Kementrian Kehutanan RI; sebagai hasil temuan yang sangat PENTING.
Demikian surat terbuka kami untuk dapat diteruskan kepada Pihak Manajemen tv Trans7.
Salam Lestari.
JTC-PKJ
Kami dari Javan Tiger Center dan Peduli Karnivor Jawa, menerima informasi dari teman-sahabat-taulan-rekan perihal telah terdokumentasikannya harimau jawa (Panthera tigris sondaica) di Gunung Slamet Jawa Tengah. (berhubung saya tidak melihat langsung acara yang ditayangkan tersebut); maka saya menyarankan kepada Pihak TV7 supaya menyerahkan bukti temuan tersebut kepada Kementrian Kehutanan RI; sebagai hasil temuan yang sangat PENTING.
Demikian surat terbuka kami untuk dapat diteruskan kepada Pihak Manajemen tv Trans7.
Salam Lestari.
JTC-PKJ
Kebetulan saya melihat episode Jejak Misterius (JM)
harimau jawa G. Slamet semalam (Minggu, 16 Pebruari 2014). Dan juga episode JM Harimau jawa hutan cepak
kopi G. Halimun Jabar beberapa waktu yang lalu (tahun 2013). Videonya bisa
dilihat disini :
Maaf kang Didik dan rekan2 pemerhati harimau jawa, tanpa
mengurangi rasa hormat kepada Trans7 dan tanpa berniat menggurui, saya sarankan
kita semua sebagai pemerhati serius keberadaan karnivora jawa (khususnya
harimau jawa) untuk menyikapi tayangan ini dengan hati-hati dan bijak. Saya percaya
rekan-rekan bukan masyarakat awam tentang ke-harimau-an dan sains secara umum, Karena
ada kesan tayangan ini dominan berorientasi hiburan (bukan dominan ke sains).
Beberapa point yg bisa saya garis bawahi :
1. Pencarian
harimau jawa dilakukan hanya sehari semalam. Ekspedisi pada malam hari sangat
tidak masuk akal karena menggunakan lampu sorot kamera yang teramat terang
dengan kegaduhan disekitar vegetasi yang lebat plus nada suara wawancara yang tidak
bisa dibilang pelan untuk ukuran memburu hewan liar. Ingat, kita bicara tentang
predator yang luar biasa tajam penciuman, pandangan dan pendengarannya. Jika seperti
ini, niscaya harimau yang berada 500m- 1km didepan sudah kabur duluan.
Rekan-rekan
masih ingat video terkenal dari Kaziranga India dimana beberapa mahout
(penunggang gajah) mencari seekor harimau betina di padang ilalang/padi pada siang
hari bolong? Tidak ada yg bisa menemukannya! yang ada malah harimau betina tersebut
mengejutkan mereka dengan keluar dari ilalang melompat keatas gajah lalu menggigit
tangan si mahout. Kabarnya sang mahout
kehilangan beberapa jari tangannya.
Lihat videonya
disini :
Sunggguh sangat
hebat kemampuan kamulfase harimau bukan? Nah apabila pencarian pada siang hari
bolong diatas punggung beberapa gajah pada kondisi terrain yang datar dengan
vegetasi yang relatif pendek (alang-alang atau padi) hasilnya adalah nol, apalagi jika
dilakukan pada malam hari dengan kondisi terrain yang curam dan vegetasi yang
jauh lebih lebat, dengan kegaduhan dan sorot cahaya seperti itu mampu
memberikan hasil? (sebagian dari kita pernah mengalami naik gunung kan?)
salah seorang
anggota tim pemburu JM mengatakan bahwa
pencarian pada malam hari lebih mudah dilakukan karena sorot mata harimau
menyala jika kena cahaya. Itu memang benar. Namun jika mengandalkan kamera
infra merah (seperti kamera pada acara Masih Dunia Lain) tentulah sangat kecil
kemungkinannya. Lain ceritanya jika menggunakan kamera thermal (pencari panas) seperti
pada dokumenter Lost Land of the Tiger di Bhutan, dimana badan hewan mamalia
akan menyala teramat terang jika dibandingkan dengan lingkungan sekitanya yang
bersuhu jauh lebih dingin.
ilustrasi kamera thermal
Namun setidaknya
ada ilmu yang saya dapat dari si pemburu tersebut, katanya pantulan cahaya mata
harimau dewasa berwarna kemerahan sementara harimau anak-anak berwarna
kebiru-biruan. Hmm menarik sekali, terimakasih info yang baru buat saya.
2. Pemasangan
kamera trap sudah benar pada pohon mengarah kepada semacam jalan setapak dimana
harimau dikenal menyukai berjalan menyusuri jalan setapak. Tetapi pemasangannya
hanya sebentar, siang hari di pasang, besok paginya dilihat hasilnya. Dan walah…
ada hasilnya. Kang Didik sebagai praktisi langsung pemasangan kamera trap tentu
sangat paham sulitnya merekam target harja dalam kamera trap dalam waktu yang
jauh lebih lama (bahkan berbulan-bulan).
3. Hasil
kamera trap (dalam bentuk film) sangat-sangat buram bahkan untuk ukuran kamera
trap sekalipun. Kita bisa googling dengan mudah hasil kamera trap baik itu yang
berwarna ataupun infra merah di internet, tidak ada yang seburam ini sampai sampai
pola pada tubuh kucing tersebut tidak kelihatan, entah itu tutul apa loreng,
hanya siluet coklat dengan pixel yang rendah diantara background yang hitam pekat.
Mari kita bandingkan dengan Contoh gambar
hasil kamera trap di indonesia dan luar negeri sebagai dari kualitas yang sangat jelas sampai yang buram sebagai berikut.
jika memang kualitas hasil kamera trap tim JM memang benar-benar seburam itu, pertanyaannya itu kamera trap merk apa? atau Apakah itu kesengajaan untuk menguatkan kesan
misteri? Entahlan, Wallahua’lam.
NB: maaf belum bisa mendapatkan capture kamera trap dr JM Gunung Slamet, yang pasti teramat buram dari foto-foto diatas.
4. Sebenarnya
Pada episode JM Harimau jawa hutan cepak kopi G. Halimun Jabar hasil kamera
trap lebih jelas dari G.Slamet semalam. Pola loreng nya lebih jelas, namun
tetap saja samar-samar (entah sengaja atau tidak) lihat gambar:
memang tergolong buram namun bisa dilihat pola loreng, bukan tutul.
5. Hampir
disetiap akhir episode selalu saja ada adegan yang menegangkan (yg seperti
dibuat-buat), entah itu berlarian, mendengar auman, melihat sosok, kesan
seperti didramatisir nampak sekali laksana kita menonton film dimana pada
setiap ending sengaja mengajak audiens untuk dag dig dug.
silahkan simak sendiri videonya di link youtube diatas.
6. Justru
point paling menarik adalah pengakuan para saksi mata pada awal acara. Jika tidak
salah ada dua saksi mata. Seingat saya keduanya adalah mahasiswa anggota Mapala.
Mereka jelas tau bedanya harimau loreng dengan macan tutul/kumbang. Ada dua
event berbeda yang diceritakan. Saksi pertama
mengatakan melihat lima ekor harimau loreng (entah dewasa semua atau tidak) pada
suatu pos pendakian di G. Slamet. Saksi kedua melihat seekor harimau loreng
betina sedang tidur rebahan sementara kedua anaknya bermain-main disekitarnya
dan kemudian mereka berlarian ketakutan tatkala melihat keberadaan para
pendaki, sehingga mereka menuju induknya yang sedang tertidur. Dari ekspresi
mereka ketika diwawancara, saya melihat ada spontanitas jawaban ketika ditanya,
ekspresinya alami sehingga saya mendapat kesan jika mereka memang jujur. Tidak ada
akting atau pesanan ekspresi seperti pada pembawa acara suatu program yang (maaf)
aktingnya kelihatan banget. Ingat akting panji sang penakluk kan? Atau akting
para pengisi acara mister tukul jalan-jalan?
Pada akhirnya, setiap episode JM tidak pernah ada kesimpulan yang jelas, pasti menghasilkan
sesuatu yang samar-samar. Acara JM sekilas menjanjikan (memberi harapan) untuk
menguak tabir suatu misteri disuatu daerah, namun pada akhir nya hanya
memperkuat bahwa misteri itu tetaplah menjadi misteri. Bukannya saya menuntut
untuk tim trans7 yang dengan modal nya sendiri tersebut untuk menemukan harimau
jawa, sama sekali tidak, namun mbok ya dikemas dengan cara yang lebih elegan. Ingat
yang menonton kebanyakan masyarakat awam. Kalau ngga salah dulu pernah ada
adegan dimana seekor cheetah disebut sebagai macan tutul? Jangan biarkan
salah kaprah semacam ini terjadi lagi.
Satu yang saya sangat setuju adalah komentar salah
satu pemburu yang mengatakan “kami menolak untuk percaya bahwa harimau jawa
telah punah”. Terimakasih buat tim JM yang telah menyebarkan “aware” kapada
masyarakat awam bahwa masih terdapat kemungkinan harimau jawa belum punah,
sehingga ketika mereka suatu saat menjumpai penampakannya di hutan atau gunung,
jangan langsung divonis itu sosok harimau jadi-jadian, masih ada kemungkinan
bahwa itu memang harimau jawa beneran.
Sekali lagi tulisan ini bukan bermaksud untuk
membuyarkan harapan rekan-rekan yang kadung antusias dengan kabar tertangkapnya
harimau jawa oleh kamera tim JM. Saya pribadi sebagai pemerhati harimau jawa, sangat-sangat
berharap bahwa kabar ini benar-benar kabar nyata. Siapa tahu tim JM ini memang
super duper beruntung, dimana ekspedisi sehari semalam saja sudah dapat merekam
sosok fenomenal harimau jawa yang bahkan pakarnya pun (kang didik dkk) butuh
waktu berbulan-bulan bahkan tahun dan sampai saat ini masih belum dapat merekam
sosoknya secara hidup, meskipun bukti-bukti sekundernya (tapak, rambut, feses,
cakaran) berhasil mereka kumpulkan. (terimakasih dan tetap semangat berjuang
kang Didik dkk).
Jujur Saya berharap ulasan dan analisa saya sendiri
diatas salah sehingga dengan demikian sosok harimau jawa (hidup) benar-benar
akhirnya tertangkap kamera sehingga bisa membuka mata pemerintah dan bahkan
dunia. Ini akan menjadi dentuman besar sebagai penemuan yang maha penting di
dunia sains. Namun entah mengapa, saya merasa pesimis, saya lebih optimis
dengan membaca artikel-artikel pengakuan penduduk lokal seputar kawasan hutan
yang mengaku berjumpa dengan harimau, seperti yang baru-baru ini terjadi di
lereng Gunung Kelud beberapa hari sebelum kelud meletus.
Meskipun kadang
masyarakat awam sering salah dan rancu menyebut loreng dan tutul/kumbang dengan
sebutan macan saja, setidaknya masih ada kucing besar di daerah tersebut. Macan
tutul juga penting bagi ekosistem, syukur-syukur jika ternyata yang mereka
maksud memang benar-benar loreng jawa yang tidak ternilai harganya.
Saya pribadi sebagai anak bangsa pecinta flora
fauna jawa, berusaha sebisa mungkin berkontribusi semampu saya misalkan dengan
mengirimkan artikel, kabar-kabar atau foto-foto yang mungkin penting bagi gerakan
JTC pimpinan Kang Didik Raharyo. Namun entah mengapa tahun lalu ketika
menyaksikan acara JM Harimau jawa hutan cepak kopi G. Halimun Jabar dan
kemudian mendapati link video-nya youtube, saya sengaja tidak tergerak untuk
mempostingnya di wall JTC meskipun pola loreng pada sosok macan di film
tersebut cukup jelas.
Akhirnya saya sangat setuju dengan surat terbuka dari
Javan Tiger Center bahwa Trans7 harus segera
menyerahkan bukti temuan tersebut kepada Kementrian Kehutanan RI, sebagai hasil temuan yang sangat PENTING!
Monggo rekan-rekan yang mau urun rembug silahkan
tinggalkan komentar dibawah.