Selasa, 21 Mei 2019

Kisah Harimau Sumatera Muli




21 September 2015, penjaga Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) melaporkan ia melihat seekor harimau betina dewasa membawa anaknya yang terluka. Harimau betina itu kemudian meninggalkan anaknya yang berumur 3 bulan di akar-akar dibawah pohon. Tak lama kemudian tim penyelamat Tambling tiba dan mengevakuasi anaknya, namun anehnya, induk harimau hanya mengawasi mereka dari jauh, tidak ada perlawanan atau menyerang mereka secara agresif seperti yang biasa dilakukan induk, seolah2 dia memang sengaja membiarkan anaknya 'ditolong' para manusia.

Hasil pemeriksaan medis menunjukkan sang anak dalam kondisi kritis, terdapat luka parah diperut yang dipenuhi belatung.

Luka itu kemungkinan disebabkan oleh harimau jantan lain yang menginvasi wilayah ayah harimau betina kecil ini yang kemudian diberi nama Muli. melihat lukanya sungguh sebuah keajaiban saat itu kalau dia akan sanggup bertahan hidup. Yang menarik adalah induknya seakan tau kondisi Muli tidak akan bisa bertahan hidup sehingga kesempatan terbesarnya mungkin jika dia dirawat manusia, maka dari itu dia 'sengaja' menyerahkan ke penjaga tambling. logikanya tidak akan pernah ada induk harimau yg rela anaknya dibawa manusia, jangankan dibawa, didekati saja akan diserang habis-habisan. bukan rahasia lagi bahwa harimau yang paling berbahaya adalah harimau betina saat masih mengasuh anaknya. masih ingat video harimau kaziranga yang menyerang mahout diatas gajah? itu adalah reaksi seekor induk yang melindungi anaknya.

Dokter hewan TWNC margasatwa Ari Yana, kanan, dan penjaga harimau Marizal, tengah, merawat luka Muli ketika ia pertama kali dibawa masuk.


Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC) Sumatra adalah salah satu situs utama dalam Program Tigers Forever merupakan surga bagi harimau sumatera dengan kebijakan tanpa toleransi terhadap perburuan liar. Jadi tempat ini merupakan tempat teraman untuk merehabilitasi Muli. Dokter hewan serta penjaga satwa di pusat penyelamatan harimau TWNC menghabiskan 20 bulan untuk merawat Muli. Dengan protokol yang ketat, Muli (yang namanya berarti “gadis” dalam dialek Lampung) sengaja diminimalisir kontak dengan manusia dan diberi makan mangsa hidup untuk menjaga insting berburu. pada akhirnya luka-lukanya pun sembuh. Dan tak terasa pada 2017 dia memasuki masa dewasa. 10 Juni 2017, Muli yang saat itu berbobot 75 kg, akhirnya siap dilepasliarkan kembali.


Pendiri TWNC Tomy Winata dan Jenderal Gatot Nurmantyo melepasliarkan Muli


video Muli ketika dia pertama kali diselamatkan


Video yang sangat bagus tentang kisah penyelamatan Muli, yang dibuat oleh organisasi penyelamat kucing besar Panthera.org (bekerja sama dengan GoPro)


Sejauh ini, data menunjukkan bahwa Muli selalu menjauh dari pemukiman, masuk jauh ke hutan untuk mencari wilayah permanennya yang ideal.
Muli di alam liar berburu mangsanya

Sepertinya tidak berlebihan jika Muli dengan kegigihannya untuk bertahan hidup kita juluki harimau survivor atau warrior, semoga dia dapat bertahan hidup dialam liar dan memberi keturunan harimau-harimau sumatera baru yang tangguh. Salam Lestari.