Senin, 17 Februari 2014

Acara Jejak-Jejak Misterius Trans7 episode Harimau Jawa; Sebuah Opini

Membaca postingan kang Didik di wall Javan Tiger Center on facebook tentang acara Jejak Misterius Trans7 episode ‘kucing besar yang gemulai dari Gunung Slamet’, tiba-tiba ada yang menggelitik dibenak saya.
Bunyi suratnya seperti ini :
Javan Tiger Center
Surat Terbuka Kepada tv Trans7 (Jejak Misterius: tayang Senin jam 23:05 WIB).

Kami dari Javan Tiger Center dan Peduli Karnivor Jawa, menerima informasi dari teman-sahabat-taulan-rekan perihal telah terdokumentasikannya harimau jawa (Panthera tigris sondaica) di Gunung Slamet Jawa Tengah. (berhubung saya tidak melihat langsung acara yang ditayangkan tersebut); maka saya menyarankan kepada Pihak TV7 supaya menyerahkan bukti temuan tersebut kepada Kementrian Kehutanan RI; sebagai hasil temuan yang sangat PENTING.

Demikian surat terbuka kami untuk dapat diteruskan kepada Pihak Manajemen tv Trans7.

Salam Lestari.
JTC-PKJ

Kebetulan saya melihat episode Jejak Misterius (JM) harimau jawa G. Slamet semalam (Minggu, 16 Pebruari 2014).  Dan juga episode JM Harimau jawa hutan cepak kopi G. Halimun Jabar beberapa waktu yang lalu (tahun 2013). Videonya bisa dilihat disini : 


Maaf kang Didik dan rekan2 pemerhati harimau jawa, tanpa mengurangi rasa hormat kepada Trans7 dan tanpa berniat menggurui, saya sarankan kita semua sebagai pemerhati serius keberadaan karnivora jawa (khususnya harimau jawa) untuk menyikapi tayangan ini dengan hati-hati dan bijak. Saya percaya rekan-rekan bukan masyarakat awam tentang ke-harimau-an dan sains secara umum, Karena ada kesan tayangan ini dominan berorientasi hiburan (bukan dominan ke sains).

Beberapa point yg bisa saya garis bawahi :
1.       Pencarian harimau jawa dilakukan hanya sehari semalam. Ekspedisi pada malam hari sangat tidak masuk akal karena menggunakan lampu sorot kamera yang teramat terang dengan kegaduhan disekitar vegetasi yang lebat plus nada suara wawancara yang tidak bisa dibilang pelan untuk ukuran memburu hewan liar. Ingat, kita bicara tentang predator yang luar biasa tajam penciuman, pandangan dan pendengarannya. Jika seperti ini, niscaya harimau yang berada 500m- 1km didepan sudah kabur duluan.
Rekan-rekan masih ingat video terkenal dari Kaziranga India dimana beberapa mahout (penunggang gajah) mencari seekor harimau betina di padang ilalang/padi pada siang hari bolong? Tidak ada yg bisa menemukannya! yang ada malah harimau betina tersebut mengejutkan mereka dengan keluar dari ilalang melompat keatas gajah lalu menggigit  tangan si mahout. Kabarnya sang mahout kehilangan beberapa jari tangannya.
Lihat videonya disini :



Sunggguh sangat hebat kemampuan kamulfase harimau bukan? Nah apabila pencarian pada siang hari bolong diatas punggung beberapa gajah pada kondisi terrain yang datar dengan vegetasi yang relatif pendek (alang-alang atau padi) hasilnya adalah nol, apalagi jika dilakukan pada malam hari dengan kondisi terrain yang curam dan vegetasi yang jauh lebih lebat, dengan kegaduhan dan sorot cahaya seperti itu mampu memberikan hasil? (sebagian dari kita pernah mengalami naik gunung kan?)

salah seorang anggota  tim pemburu JM mengatakan bahwa pencarian pada malam hari lebih mudah dilakukan karena sorot mata harimau menyala jika kena cahaya. Itu memang benar. Namun jika mengandalkan kamera infra merah (seperti kamera pada acara Masih Dunia Lain) tentulah sangat kecil kemungkinannya. Lain ceritanya jika menggunakan kamera thermal (pencari panas) seperti pada dokumenter Lost Land of the Tiger di Bhutan, dimana badan hewan mamalia akan menyala teramat terang jika dibandingkan dengan lingkungan sekitanya yang bersuhu jauh lebih dingin.


ilustrasi kamera thermal

Namun setidaknya ada ilmu yang saya dapat dari si pemburu tersebut, katanya pantulan cahaya mata harimau dewasa berwarna kemerahan sementara harimau anak-anak berwarna kebiru-biruan. Hmm menarik sekali, terimakasih info yang baru buat saya.

2.       Pemasangan kamera trap sudah benar pada pohon mengarah kepada semacam jalan setapak dimana harimau dikenal menyukai berjalan menyusuri jalan setapak. Tetapi pemasangannya hanya sebentar, siang hari di pasang, besok paginya dilihat hasilnya. Dan walah… ada hasilnya. Kang Didik sebagai praktisi langsung pemasangan kamera trap tentu sangat paham sulitnya merekam target harja dalam kamera trap dalam waktu yang jauh lebih lama (bahkan berbulan-bulan).

3.       Hasil kamera trap (dalam bentuk film) sangat-sangat buram bahkan untuk ukuran kamera trap sekalipun. Kita bisa googling dengan mudah hasil kamera trap baik itu yang berwarna ataupun infra merah di internet, tidak ada yang seburam ini sampai sampai pola pada tubuh kucing tersebut tidak kelihatan, entah itu tutul apa loreng, hanya siluet coklat dengan pixel yang rendah diantara background yang hitam pekat.
Mari kita bandingkan dengan Contoh gambar hasil kamera trap di indonesia dan luar negeri sebagai dari kualitas yang sangat jelas sampai yang buram sebagai berikut.







 jika memang kualitas hasil kamera trap tim JM memang benar-benar seburam itu, pertanyaannya itu kamera trap merk apa? atau Apakah itu kesengajaan untuk menguatkan kesan misteri? Entahlan, Wallahua’lam. 
NB: maaf belum bisa mendapatkan capture kamera trap dr JM Gunung Slamet, yang pasti teramat buram dari foto-foto diatas.


4.       Sebenarnya Pada episode JM Harimau jawa hutan cepak kopi G. Halimun Jabar hasil kamera trap lebih jelas dari G.Slamet semalam. Pola loreng nya lebih jelas, namun tetap saja samar-samar (entah sengaja atau tidak) lihat gambar:

memang tergolong buram namun bisa dilihat pola loreng, bukan tutul. 


5.       Hampir disetiap akhir episode selalu saja ada adegan yang menegangkan (yg seperti dibuat-buat), entah itu berlarian, mendengar auman, melihat sosok, kesan seperti didramatisir nampak sekali laksana kita menonton film dimana pada setiap ending sengaja mengajak audiens untuk dag dig dug.
silahkan simak sendiri videonya di link youtube diatas.

6.       Justru point paling menarik adalah pengakuan para saksi mata pada awal acara. Jika tidak salah ada dua saksi mata. Seingat saya keduanya adalah mahasiswa anggota Mapala. Mereka jelas tau bedanya harimau loreng dengan macan tutul/kumbang. Ada dua event berbeda yang  diceritakan. Saksi pertama mengatakan melihat lima ekor harimau loreng (entah dewasa semua atau tidak) pada suatu pos pendakian di G. Slamet. Saksi kedua melihat seekor harimau loreng betina sedang tidur rebahan sementara kedua anaknya bermain-main disekitarnya dan kemudian mereka berlarian ketakutan tatkala melihat keberadaan para pendaki, sehingga mereka menuju induknya yang sedang tertidur. Dari ekspresi mereka ketika diwawancara, saya melihat ada spontanitas jawaban ketika ditanya, ekspresinya alami sehingga saya mendapat kesan jika mereka memang jujur. Tidak ada akting atau pesanan ekspresi seperti pada pembawa acara suatu program yang (maaf) aktingnya kelihatan banget. Ingat akting panji sang penakluk kan? Atau akting para pengisi acara mister tukul jalan-jalan?

Pada akhirnya, setiap episode JM  tidak pernah ada kesimpulan yang jelas, pasti menghasilkan sesuatu yang samar-samar. Acara JM sekilas menjanjikan (memberi harapan) untuk menguak tabir suatu misteri disuatu daerah, namun pada akhir nya hanya memperkuat bahwa misteri itu tetaplah menjadi misteri. Bukannya saya menuntut untuk tim trans7 yang dengan modal nya sendiri tersebut untuk menemukan harimau jawa, sama sekali tidak, namun mbok ya dikemas dengan cara yang lebih elegan. Ingat yang menonton kebanyakan masyarakat awam. Kalau ngga salah dulu pernah ada adegan dimana seekor cheetah disebut sebagai macan tutul? Jangan biarkan salah kaprah semacam ini terjadi lagi.

Satu yang saya sangat setuju adalah komentar salah satu pemburu yang mengatakan “kami menolak untuk percaya bahwa harimau jawa telah punah”. Terimakasih buat tim JM yang telah menyebarkan “aware” kapada masyarakat awam bahwa masih terdapat kemungkinan harimau jawa belum punah, sehingga ketika mereka suatu saat menjumpai penampakannya di hutan atau gunung, jangan langsung divonis itu sosok harimau jadi-jadian, masih ada kemungkinan bahwa itu memang harimau jawa beneran.

Sekali lagi tulisan ini bukan bermaksud untuk membuyarkan harapan rekan-rekan yang kadung antusias dengan kabar tertangkapnya harimau jawa oleh kamera tim JM. Saya pribadi sebagai pemerhati harimau jawa, sangat-sangat berharap bahwa kabar ini benar-benar kabar nyata. Siapa tahu tim JM ini memang super duper beruntung, dimana ekspedisi sehari semalam saja sudah dapat merekam sosok fenomenal harimau jawa yang bahkan pakarnya pun (kang didik dkk) butuh waktu berbulan-bulan bahkan tahun dan sampai saat ini masih belum dapat merekam sosoknya secara hidup, meskipun bukti-bukti sekundernya (tapak, rambut, feses, cakaran) berhasil mereka kumpulkan. (terimakasih dan tetap semangat berjuang kang Didik dkk).

Jujur Saya berharap ulasan dan analisa saya sendiri diatas salah sehingga dengan demikian sosok harimau jawa (hidup) benar-benar akhirnya tertangkap kamera sehingga bisa membuka mata pemerintah dan bahkan dunia. Ini akan menjadi dentuman besar sebagai penemuan yang maha penting di dunia sains. Namun entah mengapa, saya merasa pesimis, saya lebih optimis dengan membaca artikel-artikel pengakuan penduduk lokal seputar kawasan hutan yang mengaku berjumpa dengan harimau, seperti yang baru-baru ini terjadi di lereng Gunung Kelud beberapa hari sebelum kelud meletus.
http://nasional.inilah.com/read/detail/2072998/macan-kelud-berkeliaran-di-kandang-sapi-warga#.Uv3nvvpmiSo
Meskipun kadang masyarakat awam sering salah dan rancu menyebut loreng dan tutul/kumbang dengan sebutan macan saja, setidaknya masih ada kucing besar di daerah tersebut. Macan tutul juga penting bagi ekosistem, syukur-syukur jika ternyata yang mereka maksud memang benar-benar loreng jawa yang tidak ternilai harganya.

Saya pribadi sebagai anak bangsa pecinta flora fauna jawa, berusaha sebisa mungkin berkontribusi semampu saya misalkan dengan mengirimkan artikel, kabar-kabar atau foto-foto yang mungkin penting bagi gerakan JTC pimpinan Kang Didik Raharyo. Namun entah mengapa tahun lalu ketika menyaksikan acara JM Harimau jawa hutan cepak kopi G. Halimun Jabar dan kemudian mendapati link video-nya youtube, saya sengaja tidak tergerak untuk mempostingnya di wall JTC meskipun pola loreng pada sosok macan di film tersebut cukup jelas.

Akhirnya saya sangat setuju dengan surat terbuka dari Javan Tiger Center bahwa Trans7 harus segera menyerahkan bukti temuan tersebut kepada Kementrian Kehutanan RI, sebagai hasil temuan yang sangat PENTING!


Monggo rekan-rekan yang mau urun rembug silahkan tinggalkan komentar dibawah.